Aku melihat rindu yang
jatuh menetes netes
Di sela doa doa embun yang khusyuk pagi ini
Tatapnya sendu,
Serupa penantian pada temu yang tak terbaca zaman
Senandungnya lirih,
Meneriakkan perih yang menikam nikam harapan
Yang telah lama ia genggam pada lipatan lipatan jemarinya
Ia seakan tak berdaya menanggung sunyinya sendiri
Di sela doa doa embun yang khusyuk pagi ini
Tatapnya sendu,
Serupa penantian pada temu yang tak terbaca zaman
Senandungnya lirih,
Meneriakkan perih yang menikam nikam harapan
Yang telah lama ia genggam pada lipatan lipatan jemarinya
Ia seakan tak berdaya menanggung sunyinya sendiri
Aku menghampiri rindu
yang jatuh menetes netes
Disela doa doa embun yang khusyuk pagi ini
Diantara bias mentari dan nyanyian burung burung pagi
Ia tetap setia memintal sunyinya sendiri
Tak dihiraukannya alam yang berlahan meninggalkan mimpi mimpi semalm
Mencari harapan harapan yang sempat terkubur pada pucat sang purnama
Disela doa doa embun yang khusyuk pagi ini
Diantara bias mentari dan nyanyian burung burung pagi
Ia tetap setia memintal sunyinya sendiri
Tak dihiraukannya alam yang berlahan meninggalkan mimpi mimpi semalm
Mencari harapan harapan yang sempat terkubur pada pucat sang purnama
Aku mendekap rindu
yang jatuh menetes netes disela doa doa embun yang khusyuk pagi ini
Ia tetap saja setia dalam sunyinya yang hening
Sebab di sana keabadian kekasihnya telah ia pusarakan..
Makassar, 11 Juny 2013
Ia tetap saja setia dalam sunyinya yang hening
Sebab di sana keabadian kekasihnya telah ia pusarakan..
Makassar, 11 Juny 2013