“Tersenyumlah untuk Allah
yang telah menciptakan perpisahan dan menitipkan rindu pada setiap hati,
kerinduan itulah yang akan menunjukkan padamu sebuah jalan kecil yang agung
menuju segala kenangan yang berhenti pada satu hasrat tentang dunia.”
(DR. Ahyar Anwar,
1970-2013)
Kerinduan adalah keabadian rasa
yang dititpkan Tuhan dari sebuah perpisahan, sedang perpisahan adalah jalan
bagi hati untuk saling menemukan. Kita tidak akan memahami keindahan sebuah
kebersamaan tanpa adanya perpisahan. Dan kita tidak akan bisa mengecap manisnya
kerinduan jika kita tidak pernah terpisah. Bukankah pada awalnya kita semua
tidak saling mengenal, tidak saling bertemu tatap, dan tidak saling merindukan?
Namun, atas keajaiban yang jatuh dari cinta Tuhan yang Maha Rahman, menyusun
keindahan benih-benih kerinduan di hati kita pada sebuah takdir pertemuan. Pada
takdir pertemuan itulah akan lahir kebersamaan dimana Tuhan menyusupkan
kekekalan rasa yang terus tumbuh menjadi sebuah keajaiban kenangan. Dan dari
keajaiban kenangan itulah keabadian rindu terjaga.
Karena itu, saat kau terpisah dari
orang yang engkau kasihi, bersyukurlah! Sebab Tuhan sedang meletakkan
keajaibannya dalam hatimu. Ia sedang menata hati indahmu dengan keindahan cinta
yang saling menumbuhkan rasa rindu. Jikapun rindu itu terasa perih dan
menyakitkan, itu hanya bagian dari bahasa keindahannya saja. Dekaplah! Dekaplah
dengan segenap kelembutan rasa yang engkau miliki kemudian alirkan ia pada
kebeningan air mata yang jatuh dari keindahan jiwamu. Resapi setiap perih yang
engkau rasakan, maka ia pun akan jatuh pada sebuah sunyi yang hening. Dan pada
sunyi yang hening itulah akan kau dapati muara dari segala rasa rindu yang
merekah di hatimu. Sunyi adalah tempat sakral atas kerinduan yang saling
memeluk keabadian kenangan. Ia tumbuh pada jiwa yang menjaga keindahannya
seperti bulan yang menjaga keindahan malam atau matahari yang menjaga hangat
siang. Keduanya saling melengkapi untuk sebuah keabadian kenangan.
Maka, jika seorang kekasih ingin
merasakan nikmatnya kerinduan, ia harus masuk pada jiwanya yang sunyi dan
bening. Karena pada kesunyian dan kebeningan jiwa itulah ia mampu mendengarkan
suara-suara kerinduannya sendiri berbisik tentang sebuah keindahan dan rasa
syukur kepada Tuhan yang terbingkai kelembutan doa karena telah menuliskan
perpisahan pada takdir pertemuan mereka dan mengekalkan keabadian rindu yang
nyata.
Hawa yang sejatinya adalah ibu
kita, juga terlahir dari sebuah sunyi yang panjang. Allah yang Pengasih
menciptakan Hawa dari kesunyian yang menyesak dari salah satu rusuk Adam.
Kesunyian yang merekahkan cinta dan rindu yang bening. Keduanya kemudian
bermukim di taman surga yang penuh keindahan sebelum akhirnya terpisah untuk
mengecap sunyi dan rindu secara bersamaan. Mereka diperjalankan pada sunyinya masing-masing
tentu saja untuk saling merindukan. Dan dari kerinduan itulah, langkah-langkah
kaki sunyi mereka menyusun sebuah pertemuan yang abadi.
Kebeningan kerinduan itupun yang
membuat seorang Rabiah Al-Adawiyah tak henti-hentinya bertasbih dan berzikir
mengingat sang Kekasih sejati. Hingga ia pun sering kali dilanda ketakutan akan
hal-hal lain yang akan menyeret ingatannya menjauh dari Sang Kekasih yang
dirindukan. Perempuan suci ini telah melazimi sebuah sunyi yang indah. Ia
bahkan menjadikan sunyi malam sebagai kendaraan yang mengantarkannya bertemu
dengan sang Kekasih penggenggam jiwanya. Maka tatkala malam telah berlalu,
hanya kesedihan dan kerinduanlah yang tersisa di hati heningnya.
Seperti itu pulalah Ruh yang bermukim di dalam tubuh kita, yang
berasal dari sebuah keindahan sunyi dan rindu Yang Maha Rahman. Atas nama cinta
yang sunyi dari Muhammad-lah sehingga Allah meniupkan cahaya kasihNya kedalam
tubuh kita. Menitipkan sebuah kehidupan dan membentangkan jarak yang maha luas
sebagai penakar kerinduan sang Ruh atas Kekasih sejatinya. Kelak, tatkala Ruh
tak kuasa menanggung sunyinya dan Sang Kekasih tak mampu lagi menahan kerinduan
atas Ruh yang telah dibiarkan terpisah dariNya, maka Dia pun akan memanggilnya
pulang. Tentu saja sebuah kepulangan yang tak biasa. Melainkan sebuah
kepulangan yang merengkuh segala keindahan pertemuan dan menjadi jembatan
penyatuan rindu dari yang Maha Merindu. Sebuah kepulangan yang akan menghapus
segala duka dan perih rindu.
Karena itu wahai jiwa-jiwa yang merindu, masuklah ke dalam sunyimu
yang paling sunyi. Temukan kedamaian rindumu di sana dan kembalilah kepada
Rabbmu dengan suka cita.